Laut Merah boleh dikatakan laut yang istimewa. Mengapa? Bukan hanya
karena warnanya yang pada waktu-waktu tertentu terlihat merah jika
dipandang dari atas, tapi juga karena lautan yang memisahkan benua Asia
dan Afrika ini menyimpan kisah tentang kebesaran Allah SWT. Saat Nabi
Musa AS dan Bani Israil diburu penguasa Mesir, laut tersebut membelah
dan menenggelamkan Firaun berikut pasukannya. Jamaah haji
asal Indonesia yang datang ke Tanah Suci bisa menyaksikan Laut Merah
melalui jendela pesawat sesaat sebelum pesawat yang ditumpanginya
mendarat di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah. Hal ini karena Kota Jeddah
memang berada di tepi Laut Merah sisi timur. Secara
geografis, Laut Merah merupakan perairan teluk yang berhubungan
langsung dengan Laut Arab di sisi selatan. Negara-negara yang memiliki
wilayah perairan di sepanjang Laut Merah, antara lain Arab Saudi,
Mesir, Sudan, Eritrea, dan Etiopia, atau yang biasa disebut
negara-negara Maghribi. Sedangkan, di sisi utara terdapat kanal bernama
Suez yang menghubungkan Laut Merah dan Laut Mediterania. Lebar
lautan yang menjadi pembatas wilayah benua Asia dan Afrika ini di
lokasi terjauh mencapai jarak 300 km. Sedangkan, panjang satu sisi
pesisir Laut Merah mencapai sekitar 1.900 km. Sementara kedalaman
lautnya di tempat yang terdalam mencapai 2.500 meter. Kisah
Nabi Musa membelah Laut Merah tersebut diperkirakan terjadi sekitar
3.500 tahun silam. Dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 50 disebutkan,
"Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan
kamu dan Kami tenggelamkan (Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya sedang
kamu sendiri menyaksikan." Sejarah ini diperkuat dengan ditemukannya
bangkai kereta kuda dan tulang-belulang manusia di Laut Merah yang
diduga merupakan pasukan dan pengawal Firaun. Berdasarkan
penelitian ilmiah, lokasi penyeberangan Nabi Musa AS diperkirakan
berada di wilayah Nuwaiba, Semenanjung Sinai, Mesir. Kedalaman maksimum
perairan di kawasan ini sekitar 800 meter ke arah Mesir dan 900 meter
ke arah Arab. Sedangkan, jarak Nuwaiba di sisi timur Laut Merah hingga
Semenanjung Arab di sisi barat sekitar 1800 meter. Lebar lintasan saat
Nabi Musa menyeberangi Laut Merah diperkirakan mencapai 900 meter. Berdasarkan
data tersebut, bisa dibayangkan berapa besar energi yang dibutuhkan
untuk menyibakkan air laut hingga memiliki lebar lintasan 900 meter
dengan jarak 1800 meter. Apalagi waktu tersibaknya Laut Merah cukup lama
karena Bani Israil yang menyertai Nabi Musa AS menyeberangi Laut Merah
mencapai 600.000 orang. Menurut perhitungan fisika, jika
penyibakan Laut Merah tersebut berlangsung empat jam saja, maka
dibutuhkan tekanan (gaya per satuan luas) sebesar 2,8 juta newton per
meter persegi. Jika dikaitkan dengan kecepatan angin, akan melebihi
kecepatan angin pada saat terjadi badai angin kencang. Mengacu pada
perhitungan yang dilakukan seorang pakar dari Rusia bernama Volzinger,
diperlukan embusan angin dengan kecepatan konstan 30 meter/detik atau
108 km/jam sepanjang malam untuk menyibakkan air sedalam 800 meter. Terkait
dengan fenomena ini, peneliti Amerika Serikat mengakui bahwa fenomena
Laut Merah terbelah ini memang sangat mungkin terjadi. Dari hasil
simulasi komputer yang mempelajari bagaimana angin mempengaruhi air,
diperlihatkan bahwa angin mampu mendorong air sehingga menyibakan
daratan dasar laut. Pusat Riset Atmosfir Nasional (NCAR)
dan Universitas Colorado AS menyebutkan, terbelahnya air (laut) dapat
dipahami melalui teori mekanika fluida. Angin menggerakkan air dengan
cara yang sesuai dengan hukum-hukum fisika, yakni menciptakan lorong
bagi perjalanan yang aman dengan air pada kedua sisinya. Dan, itu
memungkinan air untuk tiba-tiba menutup kembali. Untuk
itu, para peneliti tersebut juga mempelajari bagaimana badai topan di
Samudera Pasifik dapat menggerakkan dan mempengaruhi air samudra yang
dalam. Mereka menunjuk satu situs di selatan Laut Mediterania sebagai
tempat penyeberangan dengan model tanah yang memungkinkan terjadinya
air laut membelah. Model ini memerlukan formasi berbentuk
huruf U dari Sungai Nil dan laguna dangkal di sepanjang garis pantai.
Hal ini menunjukkan bahwa angin dengan kecepatan 63 mil per jam yang
berembus selama 12 jam bisa mendorong air hingga kedalaman 6 kaki (2
meter). Ini menjadi jembatan tanah sepanjang 3-4 kilometer (2 sampai
2,5 mil) dan luas 5 kilometer (3 mil) hingga tetap terbuka selama 4
jam. Berdasarkan hasil riset tersebut, maka bisa
disimpulkan bahwa laut memang bisa saja membelah memperlihatkan dasar
lautnya. Namun soal kebenaran bahwa laut membelah dengan bantuan angin,
jawabnya adalah Wallahu Alam. Kini, di pantai Laut Merah
wilayah Jeddah, Arab Saudi, setiap Kamis dan Jumat malam sering
dipenuhi wisatawan untuk berpiknik sambil pesta barbeque atau sekadar
duduk-duduk bercengkerama. Tidak mengherankan bila di sepanjang pantai
juga berderet restoran yang menyajikan aneka masakan dan taman bermain
untuk anak-anak. |