Masjid ini berlokasi sebelah barat daya Masjid Nabawi sekitar 335
meter dan 40 meter dari arah Masjid al-Ghomamah. Masjid ini adalah salah
satu tempat yang digunakan Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq untuk shaf
sholat ketika mengikuti Sholat istisqo' dan Sholat Ied pada masanya
bersama Rasulullah SAW. dan dengan sahabat-sahabat yang lain. Tempat
Shaf sholat inilah yang sehingga sekarang diabadikan menjadi Masjid Abu
Bakar ash-Shiddiq RA. Abu Bakar (bahasa Arab: أبو بكر الصديق, Abu Bakr ash-Shiddiq)
(lahir: 572 - wafat: 23 Agustus 634/21 Jumadil Akhir 13 H) termasuk di
antara mereka yang paling awal memeluk Islam. Setelah Rasulullah SAW.
wafat, Sayyidina Abu Bakar RA. menjadi khalifah yang pertama Khulafaur Rasyidin pada tahun 632. Ia bernama asli Abdullah bin Abi Quhafah. Sayyidina
Abu Bakar dilahirkan di Mekkah dari keturunan Bani Tamim ( Attamimi ),
suku bangsa Quraish. Berdasarkan beberapa sejarawan Islam, beliau
adalah seorang pedagang, hakim dengan kedudukan tinggi, seorang yang
terpelajar serta dipercayai sebagai orang yang bisa menafsirkan mimpi. Sejak
kecil, Abu Bakar dikenal sebagai anak yang cerdas, sabar, jujur dan
lembut. Ia menjadi sahabat Nabi SAW. sejak keduanya masih usia remaja.
Karena sifatnya yang mulia itu, ia banyak disenangi dan disegani oleh
masyarakat sekitar, juga lawan maupun kawan saat memperjuangkan
Islam. Abu Bakar merupakan seseorang yang jujur dan dekat
kepada Rasulullah saw, dan da’wah yang disampaikan Rasulullah SAW.
kepada Islam tanpa ragu beliau segera mengikuti dan menganutnya;
karena beliau sangat mengetahui kebenaran Nabi SAW. dan kejujurannya, Nabi SAW. pernah bersabda : "Tidak
ada seseorang yang aku serukan masuk Islam ada dalam dirinya ada rasa
keraguan, ketidak pastian dan penuh pertimbangan, kecuali Abu Bakar,
beliau sama sekali tidak merasa ragu saat saya ingatkan kepadanya dan
tidak ada keraguan didalamnya”. (Ibnu Hisyam). Abu
Bakar yang juga mahir dalam ilmu hisab itu, dikenal mempunyai
kedudukan istimewa di sisi Nabi SAW. Bahkan salah satu putrinya, yakni
‘Aisyah RA, kemudian dinikahi Rasulullah SAW. Secara
universal, sesungguhnya prototipe Abu Bakar mungkin dapat digolongkan
sebagai pejuang Islam yang sejak awal konsisten membela kaum tertindas,
tak pandang bulu. Seperti dikutip Jamil Ahmed dalam Seratus Muslim
Terkemuka, Abu Bakar tak pernah absen dalam setiap pertempuran
menegakkan kebenaran dan menumpas penindasan. Selama masa
sakit Rasulullah SAW. saat menjelang ajalnya, dikatakan bahwa Abu Bakar
ditunjuk untuk menjadi imam salat menggantikannya, banyak yang
menganggap ini sebagai indikasi bahwa Abu Bakar akan menggantikan
posisinya. Segera setelah kematiannya (632), dilakukan musyawarah di
kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah, yang
akhirnya menghasilkan penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin baru umat
Islam atau khalifah Islam. Apa yang terjadi saat
musyawarah tersebut menjadi sumber perdebatan. Penunjukan Abu Bakar
sebagai khalifah adalah subyek yang sangat kontroversial dan menjadi
sumber perpecahan pertama dalam Islam, dimana umat Islam terpecah
menjadi kaum Sunni dan Syi'ah. Di satu sisi kaum Syi'ah percaya bahwa
seharusnya Ali bin Abi Thalib (menantu nabi Muhammad) yang menjadi
pemimpin dan dipercayai ini adalah keputusan Rasulullah SAW. sendiri
sementara kaum sunni berpendapat bahwa Rasulullah SAW menolak untuk
menunjuk penggantinya. Kaum sunni berargumen bahwa Rasulullah
mengedepankan musyawarah untuk penunjukan pemimpin.sementara muslim
syi'ah berpendapat kalau Rasulullah saw dalam hal-hal terkecil seperti
sebelum dan sesudah makan, minum, tidur, dll, tidak pernah meninggal
umatnya tanpa hidayah dan bimbingan apalagi masalah kepemimpinan umat
terahir.dan juga banyak hadits di Sunni maupun Syi'ah tentang siapa
khalifah sepeninggal Rasulullah saw, serta jumlah pemimpin islam yang
dua belas. Terlepas dari kontroversi dan kebenaran pendapat
masing-masing kaum tersebut, Ali sendiri secara formal menyatakan
kesetiaannya (berbai'at) kepada Abu Bakar dan dua khalifah setelahnya
(Umar bin Khattab dan Usman bin Affan). Perjuangannya itu
semakin berat sejak dirinya dipilih sebagai khalifah, menggantikan
Rasulullah yang wafat pada 632 M. Ketika itu, wilayah kekuasaan Islam
hampir meliputi seluruh semenanjung Arabia, dan terdiri berbagai suku. Terpilihnya
Abu Bakar yang juga disepakati kalangan sahabat itu dinilai tepat
saat negara dalam kondisi tak menentu. Dalam pidato baiat yang
dilakukan di Masjid Nabawi, Madinah, Abu Bakar antara lain menyatakan,
"Orang yang lemah di antara kalian akan menjadi kuat dalam pandangan
saya hingga saya menjamin hak-haknya seandainya Allah menghendaki, dan
orang yang kuat di antara kalian adalah lemah dalam pandangan saya
sehingga saya dapat merebut hak daripadanya. Taatilah saya selama saya taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan bila saya mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, janganlah ikuti saya.” Abu
Bakar juga berperan dalam pelestarian teks-teks tertulis Al Qur'an.
Dikatakan bahwa setelah kemenangan yang sangat sulit saat melawan
Musailamah dalam perang Ridda, banyak penghafal Al Qur'an yang ikut
tewas dalam pertempuran. Umar lantas meminta Abu Bakar untuk
mengumpulkan koleksi dari Al Qur'an. oleh sebuah tim yang diketuai oleh
sahabat Zaid bin Tsabit, mulailah dikumpulkan lembaran-lembaran
Al-quran dari para penghafal Al-Quran dan tulisan-tulisan yang
terdapat pada media tulis seperti tulang, kulit dan lain
sebagainya,setelah lengkap penulisan ini maka kemudian disimpan oleh
Abu Bakar. setelah Abu Bakar meninggal maka disimpan oleh Umar bin
Khaththab dan kemudian disimpan oleh Hafsah, anak dari Umar dan juga
istri dari Nabi Muhammad SAW. Kemudian pada masa pemerintahan Usman
bin Affan koleksi ini menjadi dasar penulisan teks al Qur'an hingga
yang dikenal hingga saat ini. Abu Bakar meninggal pada
tanggal 23 Agustus 634 di Madinah pada usia 63 tahun. Abu Bakar
dimakamkan di rumah Aishah di dekat masjid Nabawi, di samping makam
Rasulullah SAW. |