Masjid ini adalah juga salah satu masjid yang berada di alun-alun
kota Medina yang terletak 400 meter dari Mesjid Nabawi dan 200 meter
dari Masjid Ghomamah. Dulu masa Rasulullah SAW. ketika mengadakan sholat
istitsqo' dan sholat ied di alun-alun Medina, maka shaf dari Sayyidina
Utsman bin Affan RA. inilah yang sampai saat ini diabadikan menjadi
Masjid Utsman bin Affan (Dzannuraini). Sayyidina Utsman
bin Affan RA. (sekitar 574 – 656) adalah sahabat Nabi Muhammad SAW.
yang merupakan Khulafaur Rasyidin yang ke-3. Nama lengkap beliau adalah
Utsman bin affan Al-Amawi Al-Quarisyi, berasal dari Bani Umayyah.
Lahir pada tahun keenam tahun Gajah. Kira-kira lima tahun lebih muda
dari Rasullulah SAW. Nama panggilannya Abu Abdullah dan
gelarnya Dzunnurrain (yang punya dua cahaya). Sebab digelari
Dzunnuraian karena Rasulullah menikahkan dua putrinya untuk Utsman;
Roqqoyah dan Ummu Kultsum. Ketika Ummu Kultsum wafat, Rasulullah
berkata; "Sekiranya kami punya anak perempuan yang ketiga, niscaya aku
nikahkan denganmu.” Dari pernikahannya dengan Roqoyyah lahirlah anak
laki-laki. Tapi tidak sampai besar anaknya meninggal ketika berumur 6
tahun pada tahun 4 Hijriah. Menikahi 8 wanita, empat
diantaranya meninggal yaitu Fakhosyah, Ummul Banin, Ramlah dan Nailah.
Dari perkawinannya lahirlah 9 anak laki-laki; Abdullah al-Akbar,
Abdullah al-Ashgar, Amru, Umar, Kholid, al-Walid, Sa’id dan Abdul
Muluk. Dan 8 anak perempuan. Nama ibu beliau adalah Arwa
binti Kuriz bin Rabiah. Beliau masuk Islam atas ajakan Abu Bakar, yaitu
sesudah Islamnya Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haristah. Beliau
adalah salah satu sahabat besar dan utama Nabi Muhammad SAW, serta
termasuk pula golongan as-Sabiqun al-Awwalin, yaitu orang-orang yang
terdahulu Islam dan beriman. Utsman adalah seorang yang
saudagar yang kaya tetapi dermawan. Beliau adalah seorang pedagang kain
yang kaya raya, kekayaan ini beliau belanjakan guna mendapatkan
keridhaan Allah, yaitu untuk pembangunan umat dan ketinggian Islam.
Beliau memiliki kekayaan ternak lebih banyak dari pada orang arab
lainya. Ketika kaum kafir Quarisy melakukan penyiksaan
terhadap umat islam, maka Utsman bin Affan diperintahkan untuk
berhijrah ke Habsyah (Abyssinia, Ethiopia). Ikut juga bersama beliau
sahabat Abu Khudzaifah, Zubir bin Awwam, Abdurahman bin Auf dan
lain-lain. Setelah itu datang pula perintah Nabi SAW supaya beliau
hijrah ke Madinah. Maka dengan tidak berfikir panjang lagi beliau
tinggalkan harta kekayaan, usaha dagang dan rumah tangga guna memenuhi
panggilan Allah dan Rasul-Nya. Beliau Hijrah bersama-sama dengan kaum
Muhajirin lainya. Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman
dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah. Utsman
diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya
akan beribadah di Ka’bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk
memerangi penduduk Mekkah. Suasana sempat tegang ketika
Utsman tak kenjung kembali. Kaum muslimin sampai membuat ikrar Rizwan –
bersiap untuk mati bersama untuk menyelamatkan Utsman. Namun
pertumpahan darah akhirnya tidak terjadi. Abu Sofyan lalu mengutus
Suhail bin Amir untuk berunding dengan Nabi Muhammad SAW. Hasil
perundingan dikenal dengan nama Perjanjian Hudaibiyah. Semasa
Nabi SAW masih hidup, Utsman pernah dipercaya oleh Nabi untuk menjadi
walikota Madinah, semasa dua kali masa jabatan. Pertama pada perang
Dzatir Riqa dan yang kedua kalinya, saat Nabi SAW sedang melancarkan
perang Ghatfahan. Utsman bin Affan adalah seorang ahli ekonomi
yang terkenal, tetapi jiwa sosial beliau tinggi. Beliau tidak
segan-segan mengeluarkan kekayaanya untuk kepentingan Agama dan
Masyarakat umum. Sebagai Contoh : - Utsman
bin Affan membeli sumur yang jernih airnya dari seorang Yahudi seharga
200.000 dirham yang kira-kira sama dengan dua setengah kg emas pada
waktu itu. Sumur itu beliau wakafkan untuk kepentingan rakyat umum.
- Memperluas Masjid Madinah dan membeli tanah disekitarnya.
- Beliau
mendermakan 1000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham
sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga
biaya ekspedisi tersebut.
- Pada masa pemerintahan Abu
Bakar,Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000
unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.
Masa Kekhalifahan Utsman
bin Affan diangkat menjadi khalifah atas dasar musyawarah dan
keputusan sidang Panitia enam, yang anggotanya dipilih oleh khalifah
Umar bin khatab sebelum beliau wafat. Keenam anggota panitia itu ialah
Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf, Sa’ad bin Abi
Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Tiga
hari setelah Umar bin khatab wafat, bersidanglah panitia enam ini.
Abdurrahman bin Auff memulai pembicaraan dengan mengatakan siapa
diantara mereka yang bersedia mengundurkan diri. Ia lalu menyatakan
dirinya mundur dari pencalonan. Tiga orang lainnya menyusul. Tinggallah
Utsman dan Ali. Abdurrahman ditunjuk menjadi penentu. Ia lalu menemui
banyak orang meminta pendapat mereka. Namun pendapat masyarakat pun
terbelah. Konon, sebagian besar warga memang cenderung
memilih Utsman. Sidangpun memutuskan Ustman sebagai khalifah. Ali
sempat protes. Abdurrahman adalah ipar Ustman. Mereka sama-sama
keluarga Umayah. Sedangkan Ali, sebagaimana Muhammad, adalah keluarga
Hasyim. Sejak lama kedua keluarga itu bersaing. Namun Abdurrahman
meyakinkan Ali bahwa keputusannya adalah murni dari nurani. Ali
kemudian menerima keputusan itu. Maka Utsman bin Affan
menjadi khalifah ketiga dan yang tertua. Pada saat diangkat, ia telah
berusia 70 tahun. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram tahun 24 H.
Pengumuman dilakukan setelah selesai Shalat dimasjid Madinah. Masa
kekhalifannya merupakan masa yang paling makmur dan sejahtera. Konon
ceritanya sampai rakyatnya haji berkali-kali. Bahkan seorang budak
dijual sesuai berdasarkan berat timbangannya. Beliau
adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram
(Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam
yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau mencetuskan ide
polisi keamanan bagi rakyatnya, membuat bangunan khusus untuk mahkamah
dan mengadili perkara. Hal ini belum pernah dilakukan oleh khalifah
sebelumnya. Abu Bakar dan Umar bin Khotob biasanya mengadili suatu
perkara di masjid. Pada masanya, khutbah Idul fitri dan
adha didahulukan sebelum sholat. Begitu juga adzhan pertama pada sholat
Jum’at. Beliau memerintahkan umat Islam pada waktu itu untuk
menghidupkan kembali tanah-tanah yang kosong untuk kepentingan
pertanian. Di masanya, kekuatan Islam melebarkan ekspansi.
Untuk pertama kalinya, Islam mempunnyai armada laut yang tangguh.
Muawiyah bin Abu Sofyan yang menguasai wilayah Syria, Palestina dan
Libanon membangun armada itu. Sekitar 1.700 kapal dipakai untuk
mengembangkan wilayah ke pulau-pulau di Laut Tengah. Siprus, Pulau
Rodhes digempur. Konstantinopelpun sempat dikepung. Prestasi yang diperoleh selama beliau menjadi Khalifah antara lain : - Menaklukan Syiria, kemudian mengakat Mu’awiyah sebagai Gubernurnya.
- Menaklukan Afrika Utara, dan mengakat Amr bin Ash sebagai Gubernur disana.
- Menaklukan daerah Arjan dan Persia.
- Menaklukan Khurasan dan Nashabur di Iran.
- Memperluas Masjid Nabawi, Madinah dan Masjidil Haram, Mekkah.
- Membakukan
dan meresmikan mushaf yang disebut Mushaf Utsamani, yaitu kitab suci
Al-qur’an yang dipakai oleh seluruh umat islam seluruh dunia sekarang
ini. Khalifah Ustman membuat lima salinan dari Alquran ini dan
menyebarkannya ke berbagai wilayah Islam.
- Setiap hari jum’at beliau memerdekakan seorang budak (bila ada)
Sebab-sebab Terjadinya Kekacauan dalam Pemerintahan Utsman Pada
mulanya pemerintahan Khalifah Utsman berjalan lancar. Hanya saja
seorang Gubernur Kufah, yang bernama Mughirah bin Syu’bah dipecat oleh
Khalifah Utsman dan diganti oleh Sa’ad bin Abi Waqqas, atas dasar wasiat
khalifah Umar bin Khatab. Kemudian beliau memecat pula
sebagian pejabat tinggi dan pembesar yang kurang baik, untuk
mempermudah pengaturan, lowongan kursi para pejabat dan pembesar itu
diisi dan diganti dengan famili-famili beliau yang kredibel (mempunyai
kemampuan) dalam bidang tersebut. Tindakan beliau yang
terkesan nepotisme ini, mengundang protes dari orang-orang yang
dipecat, maka datanglah gerombolan yang dipimpim oleh Abdulah bin Saba’
yang menuntut agar pejabat-pejabat dan para pembesar yang diangkat
oleh Khalifah Utsman ini dipecat pula. Usulan-usulan Abdullah bin Saba’
ini ditolak oleh khalifah Utsman. Pada masa kekhalifan Utsman bin
Affan-lah aliran Syiah lahir dan Abdullah Bin Saba’ disebut sebagai
pencetus aliran Syi’ah tersebut. Karena merasa sakit hati,
Abdullah bin Saba’ kemudian membuat propoganda yang hebat dalam bentuk
semboyan anti Bani Umayah, termasuk Utsman bin Affan. Seterusnya
penduduk setempat banyak yang termakan hasutan Abdullah bin Saba’.
Sebagai akibatnya, datanglah sejumlah besar (ribuan) penduduk daerah ke
madinah yang menuntut kepada Khalifah, tuntutan dari banyak daerah ini
tidak dikabulkan oleh khalifah, kecuali tuntutan dari Mesir, yaitu
agar Utsman memecat Gubernur Mesir, Abdullah bin Abi Sarah, dan
menggantinya dengan Muhammad bin Abi Bakar. Karena
tuntutan orang mesir itu telah dikabulkan oleh khalifah, maka mereka
kembali ke mesir, tetapi sebelum mereka kembali ke mesir, mereka
bertemu dengan seseorang yang ternyata diketahui membawa surat yang
mengatasnamakan Utsman bin Affan. Isinya adalah perintah agar Gubernur
Mesir yang lama yaitu Abdulah bin Abi sarah membunuh Gubernur Muhammad
Abi Bakar (Gubernur baru) Karena itu, mereka kembali lagi ke madinah
untuk meminta tekad akan membunuh Khalifah karena merasa dipermainkan. Setelah
surat diperiksa, terungkap bahwa yang membuat surat itu adalah Marwan
bin Hakam. Tetapi mereka melakukan pengepungan terhadap khalifah dan
menuntut dua hal : 1. Supaya Marwan bin Hakam di qishas (hukuman bunuh karena membunuh orang). 2. Supaya Khalifah Utsman meletakan jabatan sebagai Khalifah. Kedua
tuntutan yang pertama, karena Marwan baru berencana membunuh dan belum
benar-benar membunuh. Sedangkan tuntutan kedua, beliau berpegang pada
pesan Rasullulah SAW; "Bahwasanya engkau Utsman akan mengenakan baju
kebesaran. Apabila engkau telah mengenakan baju itu, janganlah engkau
lepaskan” Setelah mengetahui bahwa khalifah Utsman tidak
mau mengabulkan tuntutan mereka, maka mereka lanjutkan pengepungan atas
beliau sampai empat puluh hari. Situasi dari hari kehari semakin
memburuk. Rumah beliau dijaga ketat oleh sahabat-sahabat beliau, Ali
bin Thalib, Zubair bin Awwam, Muhammad bin Thalhah, Hasan dan Husein
bin Ali bin Abu Thalib. Karena kelembutan dan kasih sayangnya, beliau
menanggapi pengepung-pengepung itu dengan sabar dan tutur kata yang
santun. Hingga suatu hari, tanpa diketahui oleh
pengawal-pengawal rumah beliau, masuklah kepala gerombolan yaitu
Muhammad bin Abu Bakar (Gubernur Mesir yang Baru) dan membunuh Utsman
bin Affan yang sedang membaca Al-Qur’an. Dalam riwayat lain, disebutkan
yang membunuh adalah Aswadan bin Hamrab dari Tujib, Mesir. Riwayat
lain menyebutkan pembunuhnya adalah Al Ghafiki dan Sudan bin Hamran. Beliau
wafat pada bulan haji tahun 35 H. dalam usia 82 tahun setelah menjabat
sebagai Khalifah selama 12 tahun. Beliau dimakamkan di kuburan Baqi di
Madinah. Wallahu A’lam. |