Site menu
Tag Board
Our poll
Rate my site
Total of answers: 6
Statistics

Total online: 1
Guests: 1
Users: 0
Friday, 29 Mar 2024, 2:59 PM
Welcome Guest

Blog istiqomah cinta

Home » 2010 » December » 16 » PENGENALAN TENTANG ANAK DIDIK DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN
5:11 AM
PENGENALAN TENTANG ANAK DIDIK DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Dosen: Edwin Firman S

PENGENALAN TENTANG ANAK DIDIK DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN

 

 

Oleh: Irwan Maulana Hidayat

Semester: V

Asal: Lumajang

Fak/jur: Tarbiyah/ PAI

 

 

INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN PRENDUAN

SUMENEP MADURA

2010-2011

 

PENGENALAN TENTANG ANAK DIDIK DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Oleh: Irwan Maulana Hidayat[1]

 

Pendahuluan

Sebagai orang tua kita ingin memberikan pendidikan yang terbaik pada anak-anak kita. Dan hal itu dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya memilihkan sekolah yang baik buat anak-anak kita, mendidik anak sejak dini sebelum masuk ke jenjang pendidikan formal, memberikan contoh-contoh atau uswah yang baik, menerapkan pola-pola berfikir dan berperilaku yang baik di dalam maupun di luar rumah. Seorang anak ialah amanah yang harus dipertanggung jawabkan oelh seiap orang tua, mau dibawa kearah yang baik atau keraha yang buruk anak ini akan diarahkan? Semua itu tergantung kemampuan dan pengetahuan orang tua dalam mendidik dan membimbing anaknya kejalan yang lebih baik demi terwujudnya cita-cita bersama yaitu bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.

Pentingnya pengenalan tentang anak didik.

Dalam hakekat islam anak ialah yaitu amanah anak memiliki keterkaitan realitas empiris sensual dan transcendental. Dalam hal ini faktor-faktor yang mendukung dalam berkembangnya pendidikan anak didalam pengenalan anak didik dalam psikologi pendidikan. Diantaranya: 

1.      Empiris social psikologi

Dapat diukur dan diamati secara indrawi, Empiris social ini dapat dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman yang dialami oleh anak di dalam ataupun di luar rumah. Biasanya yang sangat berpengaruh dalam perkembangan pendidikan anak ialah keluarga. Keluarga adalah komponen penting dalam membina dan membentuk anak menjadi lebih baik. Kemampuan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh orang tua selaku pendidik dalam rumah tangga sangatlah penting dalam pengenalan anak didik. Orang tua adalah ujung tombak keluarga dalam mengembangklan bakat-bakat yang dimilki oleh seorang anak, baik itu perkembangan fisik maupun perkembang di bidang keilmuan.

2.      Empiris transcendental

Guru harus mengetahui hakekat anak. Dalam perkembangan empiris transcendental ini guru adalah ujung tombak dalam mengatur, mengarahkan dan membimbing anak didik kejalan yang lebih baik sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah dicanangkan bersama. Jadi pengalaman anak dalam pembelajaran yang dilakukan didalam sekolah merupakan proses dalam perkembangan dan pengenalan anak didik. Teori yang  menyatakan bahwa perkembangan seseorang individu akan ditentukan oleh empirisnya atau pengalaman-pengalamannya yang diperoleh selama perkembangan individu itu. Menurut teori ini individu yang dilahirkan itu sebagai kertas atau meja yang putih bersih yang belum ada tulisan-tulisanya. Teori empirisme ini dikemukakan oleh John Locke. Jadi pengalaman-pengalaman anak didik yang diperolah disekolah akan mempengaruhi perkembangan individu baik itu di bidang fisik maupun keilmuan.

3.      Anak pada hakekatnya baik

Jika seorang anak berpeirlaku kurang baik atau tidak dapat menuruti segala peraturan yang ada baik itu di sekolah maupun di rumah maka anak itu bisa dikatakan terjadi benturan. Benturan ini bisa terjadi akibat kurangnya perhatian dari pendidik itu sendiri, baik itu pendidik yang berasal dari rumah tangga yaitu orang tua dan juga pendidik dari lingkungan sekolah yaitu guru. Pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh pendidi akan sangat berpengaruh terhadap hasil dan perkembangan anak didik. Baik itu terhadap perilaku sehari-hari maupun dalam sikap dan sifat yang dimilikinya. Jadi jika seorang anak telah mendapatkan didikan yang kutrang baik maka hasil dan perkembangan anak didik tersebut otomatis akan kurang baik pula dan sebaliknya jika seorang anak didik mendapatkan ilmu dan pengalaman dari pendidik dengan nurisi yang tepat maka hasilnya pun akan tepat  pula.

4.      Struktur kejiwaan anak dibagi menjadi tiga katagori diantaranya:

·         Nafs mutmainnah

·         Nafs lawwamah

·         Nafs amarah`

Nafsu secara etimologi berarti jiwa. Adapun nafsu secara terminologis ilmu tasawwuf akhlaq, nafsu adalah dorongan-dorongan alamiah manusia yang mendorong pemenuhan kebutuhan hidupnya. Nafs mutmainnah ialah nafsu yang tibul dari diri anak yang mengajak kepada kebaikan, selalu menuruti kehendak orang tuanya, tidak membantah dan selalu taat kepada Allah serta selalu menjalankan peraturan-peraturan baik itu di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah. Nafsu Lawwamah Yaitu jiwa yang sudah sadar dan mampu melihat kekurangan-kekurangan diri sendiri, dengan kesadaran itu ia terdorong untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan rendah dan selalu berupaya melakukan sesuatu yang mengantarkan kebahagian yang bernilai tinggi. Ustadz Arifin ilham pernah mengatakan bahwa orang yang masih memiliki nafsu lawammah ini biasanya disaat ia melakukan maksiat/dosa maka akan timbul penyesalan dalam dirinya, namun dalam kesempatan lain ia akan mengulangi maksiat tersebut yang juga akan diiringi dengan penyesalan-penyesalan kembali. Selain itu ia juga menyesal kenapa ia tidak dapat berbuat kebaikan lebih banyak Nafsu ini tergolong pada tahap kedua, nafsu ini disinyalir Al-Qur’an : Artinya : Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri). (QS. Al- Qiyamaah : 2). Dan yang terakhir ialah Nafsu amarah
Yaitu jiwa yang masih cenderung kepada kesenangan-kesenangan yang rendah, yaitu kesenangan yang bersifat duniawi. Nafsu ini berada pada tahap pertama yang tergolong sangat rendah, karena yang memiliki nafsu ini masih cenderung kepada perbuatan-perbuatan yang maksiat. Secara alami nafsu amarah cenderung kepada hal-hal yang tidak baik. Bahkan, karena kebiasaan berbuat keburukan tersebut, bila mana dia tidak melakukannya, maka dia akan merasa gelisah, sakau dan gundah gulana. Allah SWT berfirman dalam al-qur’an  Artinya: Sesungguhnya nafsu itu suka mengajak ke jalan kejelekan, kecuali (nafsu) seseorang yang mendapatkan rahmat Tuhanku (QS. Yusuf : 53).

5.      Kebutuhan pokok anak

Kebutuhan pokok anak jauh berbeda dengan kebutuhan pokok orang dewasa.  Kebutuhan anak  masih bersifat emosional dan bermain. Hal-hal seperti makanan sehari-hari itu biasanya anak tidak memperdulikannya kecuali kebutuhan makanan snack/ makanan ringan. Kebutuhan pkok anak meliputi: kesenangan terhadap permainan, kesenangan terhadap makanan yang disukainya dan kesenangan terhadap teman bermainnya. Semakin mengetahui dan mengerti orang tua dalam memenuhi kebutuhan pokok anak maka semakin membuat anak itu senang dan mudah untuk menerima pengalaman dan ilmu pengetahuan yang telah disuntikan melalui kegiatan sehari-harinya.

 

6.      Anak didik tidak boleh diukur oleh kemampuan pendidik

Pendidik ialah ujung tombak bagi kemajuan dan perkembangan potensi anak didik. Semakin jeli dan ulet seorang pendidik dalam mendidik anak didiknya maka semakin mudah dan memahami pelajaran yang disampaikan oleh seorang pendidik. Akan tetapi seorang pendidk tidak boleh menyamakan dirinya dengan anak didik. Dengan sifat kesabaran dan keuletan diharapkan seorang pendidik memberikan dan menyuntikan pelajarannya dengan baik tidak dengan paksaan. Anak didik butuh waktu dan proses dalam memahami pelajaran yang telah diajarkan, karena setiap individu memilki potensi yang berbeda-beda dalam memahami pelajaran yang telah diterangkan oleh seorang pedidik. Seorang pendidik harus mengetahui potensi-potensi yang sudah ada ddalam diri anak didik. Misalnya dia cerdas dalam bidang menghitung, sains, music, bahasa, olahraga, dan lain sebagainya. Jadi pendidik tidak boleh sewenang-wenang dalam memberikan materi dan seorang pendidik haruslah mengerti masing-masing individu anak didik dan seorang pendidik tidak boleh mengukur kemampuan anak dididknya dengan dirinya (pendidik).

 

PENUTUP

Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pentingnya pengenalan anak didik dalam psikologi pendidikan merupakan sesuatu yang yang sangat urgen untuk kita bahas bersama. Didalam hal ini banyak sekali factor-faktor yang mendukung dalam perkembangan dan pertumbuhan anak didik dalam proses belajar diantaranya ialah:

1.      Empiris social psikologi

2.      Empiris transcendental

3.      Anak pada hakekatnya baik

4.      Kebutuhan pokok anak

5.      Struktur kejiwaan anak dibagi menjadi tiga katagori diantaranya:

·         Nafs mutmainnah

·         Nafs amarah`

·         Nafs lawwamah

6.      Anak didik tidak boleh diukur oleh kemampuan pendidik

Diupayakan bagi seorang guru yang professional dapat memahami dan mengerti luar dan dalam dari factor-faktor yang dapat mendukung perkembangan anak didik dalam proses pendidikan. Mulai dari memahami anak dari sifat, perilaku, tingkah laku sehari-hari, perkembangan dalam proses belajar, mengetahui minat dan bakat yang berkembang pada diri seorang anak didik dan lain sebagainya. Jika semua ini telah berjalan sesuai yang diharapkan dan dapat diterapkan dalam proses belajar maka akan tercapailah tujuan dari pendidikan itu sendiri yaitu bahagia di dunia dan bahagia di akhirat dengan memiliki ilmu dan pengetahuan yang luas dan bermanfaat.

 

 



[1] Mahasiswa IDIA Prenduan semester V PAI

Views: 724 | Added by: suhadi | Rating: 0.0/0
Total comments: 0
Name *:
Email *:
Code *:
Log In
Search
Calendar
«  December 2010  »
SuMoTuWeThFrSa
   1234
567891011
12131415161718
19202122232425
262728293031
Entries archive
Site friends
  • uCoz Community
  • uCoz Manual
  • Video Tutorials
  • Official Template Store
  • Best uCoz Websites