MAKALAH
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Dosen: Edwin Firman S
PENGENALAN TENTANG ANAK DIDIK DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Oleh: Irwan Maulana Hidayat
Semester: V
Asal: Lumajang
Fak/jur: Tarbiyah/ PAI
INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN PRENDUAN
SUMENEP MADURA
2010-2011
PENGENALAN TENTANG ANAK DIDIK DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Oleh: Irwan
Maulana Hidayat
Pendahuluan
Sebagai orang tua kita ingin memberikan pendidikan yang terbaik
pada anak-anak kita. Dan hal itu dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya
memilihkan sekolah yang baik buat anak-anak kita, mendidik anak sejak dini
sebelum masuk ke jenjang pendidikan formal, memberikan contoh-contoh atau uswah
yang baik, menerapkan pola-pola berfikir dan berperilaku yang baik di dalam
maupun di luar rumah. Seorang anak ialah amanah yang harus dipertanggung
jawabkan oelh seiap orang tua, mau dibawa kearah yang baik atau keraha yang
buruk anak ini akan diarahkan? Semua itu tergantung kemampuan dan pengetahuan
orang tua dalam mendidik dan membimbing anaknya kejalan yang lebih baik demi
terwujudnya cita-cita bersama yaitu bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.
Pentingnya pengenalan tentang anak didik.
Dalam hakekat islam anak ialah yaitu amanah anak memiliki
keterkaitan realitas empiris sensual dan transcendental. Dalam hal ini faktor-faktor
yang mendukung dalam berkembangnya pendidikan anak didalam pengenalan anak
didik dalam psikologi pendidikan. Diantaranya:
1.
Empiris
social psikologi
Dapat diukur dan diamati secara indrawi, Empiris social ini dapat
dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman yang dialami oleh anak di dalam ataupun
di luar rumah. Biasanya yang sangat berpengaruh dalam perkembangan pendidikan
anak ialah keluarga. Keluarga adalah komponen penting dalam membina dan
membentuk anak menjadi lebih baik. Kemampuan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki
oleh orang tua selaku pendidik dalam rumah tangga sangatlah penting dalam
pengenalan anak didik. Orang tua adalah ujung tombak keluarga dalam
mengembangklan bakat-bakat yang dimilki oleh seorang anak, baik itu
perkembangan fisik maupun perkembang di bidang keilmuan.
2.
Empiris
transcendental
Guru harus mengetahui hakekat anak. Dalam perkembangan empiris
transcendental ini guru adalah ujung tombak dalam mengatur, mengarahkan dan
membimbing anak didik kejalan yang lebih baik sesuai dengan tujuan pendidikan
yang telah dicanangkan bersama. Jadi pengalaman anak dalam pembelajaran yang
dilakukan didalam sekolah merupakan proses dalam perkembangan dan pengenalan
anak didik. Teori yang menyatakan bahwa
perkembangan seseorang individu akan ditentukan oleh empirisnya atau
pengalaman-pengalamannya yang diperoleh selama perkembangan individu itu.
Menurut teori ini individu yang dilahirkan itu sebagai kertas atau meja yang
putih bersih yang belum ada tulisan-tulisanya. Teori empirisme ini dikemukakan
oleh John Locke. Jadi pengalaman-pengalaman anak didik yang diperolah disekolah
akan mempengaruhi perkembangan individu baik itu di bidang fisik maupun
keilmuan.
3.
Anak
pada hakekatnya baik
Jika seorang anak berpeirlaku kurang baik atau tidak dapat menuruti
segala peraturan yang ada baik itu di sekolah maupun di rumah maka anak itu
bisa dikatakan terjadi benturan. Benturan ini bisa terjadi akibat kurangnya
perhatian dari pendidik itu sendiri, baik itu pendidik yang berasal dari rumah
tangga yaitu orang tua dan juga pendidik dari lingkungan sekolah yaitu guru.
Pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh pendidi akan sangat berpengaruh
terhadap hasil dan perkembangan anak didik. Baik itu terhadap perilaku
sehari-hari maupun dalam sikap dan sifat yang dimilikinya. Jadi jika seorang
anak telah mendapatkan didikan yang kutrang baik maka hasil dan perkembangan
anak didik tersebut otomatis akan kurang baik pula dan sebaliknya jika seorang
anak didik mendapatkan ilmu dan pengalaman dari pendidik dengan nurisi yang
tepat maka hasilnya pun akan tepat pula.
4.
Struktur
kejiwaan anak dibagi menjadi tiga katagori diantaranya:
·
Nafs
mutmainnah
·
Nafs
lawwamah
·
Nafs
amarah`
Nafsu secara etimologi berarti jiwa. Adapun nafsu secara
terminologis ilmu tasawwuf akhlaq, nafsu adalah dorongan-dorongan alamiah
manusia yang mendorong pemenuhan kebutuhan hidupnya. Nafs mutmainnah
ialah nafsu yang tibul dari diri anak yang mengajak kepada kebaikan, selalu
menuruti kehendak orang tuanya, tidak membantah dan selalu taat kepada Allah
serta selalu menjalankan peraturan-peraturan baik itu di lingkungan rumah
maupun di lingkungan sekolah. Nafsu Lawwamah Yaitu jiwa yang sudah sadar
dan mampu melihat kekurangan-kekurangan diri sendiri, dengan kesadaran itu ia
terdorong untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan rendah dan selalu berupaya
melakukan sesuatu yang mengantarkan kebahagian yang bernilai tinggi. Ustadz Arifin
ilham pernah mengatakan bahwa orang yang masih memiliki nafsu lawammah ini
biasanya disaat ia melakukan maksiat/dosa maka akan timbul penyesalan dalam
dirinya, namun dalam kesempatan lain ia akan mengulangi maksiat tersebut yang
juga akan diiringi dengan penyesalan-penyesalan kembali. Selain itu ia juga
menyesal kenapa ia tidak dapat berbuat kebaikan lebih banyak Nafsu ini
tergolong pada tahap kedua, nafsu ini disinyalir Al-Qur’an : Artinya : Dan aku
bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri). (QS. Al- Qiyamaah
: 2). Dan yang terakhir ialah Nafsu amarah
Yaitu jiwa yang masih cenderung kepada kesenangan-kesenangan yang rendah, yaitu
kesenangan yang bersifat duniawi. Nafsu ini berada pada tahap pertama yang
tergolong sangat rendah, karena yang memiliki nafsu ini masih cenderung kepada
perbuatan-perbuatan yang maksiat. Secara alami nafsu amarah cenderung kepada
hal-hal yang tidak baik. Bahkan, karena kebiasaan berbuat keburukan tersebut,
bila mana dia tidak melakukannya, maka dia akan merasa gelisah, sakau dan
gundah gulana. Allah SWT berfirman dalam al-qur’an Artinya: Sesungguhnya nafsu itu suka mengajak
ke jalan kejelekan, kecuali (nafsu) seseorang yang mendapatkan rahmat Tuhanku
(QS. Yusuf : 53).
5.
Kebutuhan
pokok anak
Kebutuhan pokok anak jauh berbeda dengan kebutuhan pokok orang
dewasa. Kebutuhan anak masih bersifat emosional dan bermain. Hal-hal
seperti makanan sehari-hari itu biasanya anak tidak memperdulikannya kecuali
kebutuhan makanan snack/ makanan ringan. Kebutuhan pkok anak meliputi:
kesenangan terhadap permainan, kesenangan terhadap makanan yang disukainya dan
kesenangan terhadap teman bermainnya. Semakin mengetahui dan mengerti orang tua
dalam memenuhi kebutuhan pokok anak maka semakin membuat anak itu senang dan
mudah untuk menerima pengalaman dan ilmu pengetahuan yang telah disuntikan
melalui kegiatan sehari-harinya.
6.
Anak
didik tidak boleh diukur oleh kemampuan pendidik
Pendidik ialah
ujung tombak bagi kemajuan dan perkembangan potensi anak didik. Semakin jeli
dan ulet seorang pendidik dalam mendidik anak didiknya maka semakin mudah dan
memahami pelajaran yang disampaikan oleh seorang pendidik. Akan tetapi seorang
pendidk tidak boleh menyamakan dirinya dengan anak didik. Dengan sifat
kesabaran dan keuletan diharapkan seorang pendidik memberikan dan menyuntikan
pelajarannya dengan baik tidak dengan paksaan. Anak didik butuh waktu dan
proses dalam memahami pelajaran yang telah diajarkan, karena setiap individu
memilki potensi yang berbeda-beda dalam memahami pelajaran yang telah
diterangkan oleh seorang pedidik. Seorang pendidik harus mengetahui
potensi-potensi yang sudah ada ddalam diri anak didik. Misalnya dia cerdas
dalam bidang menghitung, sains, music, bahasa, olahraga, dan lain sebagainya.
Jadi pendidik tidak boleh sewenang-wenang dalam memberikan materi dan seorang
pendidik haruslah mengerti masing-masing individu anak didik dan seorang
pendidik tidak boleh mengukur kemampuan anak dididknya dengan dirinya
(pendidik).
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pentingnya
pengenalan anak didik dalam psikologi pendidikan merupakan sesuatu yang yang
sangat urgen untuk kita bahas bersama. Didalam hal ini banyak sekali
factor-faktor yang mendukung dalam perkembangan dan pertumbuhan anak didik
dalam proses belajar diantaranya ialah:
1.
Empiris
social psikologi
2.
Empiris
transcendental
3.
Anak
pada hakekatnya baik
4.
Kebutuhan
pokok anak
5.
Struktur
kejiwaan anak dibagi menjadi tiga katagori diantaranya:
·
Nafs
mutmainnah
·
Nafs
amarah`
·
Nafs
lawwamah
6.
Anak
didik tidak boleh diukur oleh kemampuan pendidik
Diupayakan bagi seorang guru yang professional dapat memahami dan
mengerti luar dan dalam dari factor-faktor yang dapat mendukung perkembangan
anak didik dalam proses pendidikan. Mulai dari memahami anak dari sifat,
perilaku, tingkah laku sehari-hari, perkembangan dalam proses belajar,
mengetahui minat dan bakat yang berkembang pada diri seorang anak didik dan
lain sebagainya. Jika semua ini telah berjalan sesuai yang diharapkan dan dapat
diterapkan dalam proses belajar maka akan tercapailah tujuan dari pendidikan
itu sendiri yaitu bahagia di dunia dan bahagia di akhirat dengan memiliki ilmu
dan pengetahuan yang luas dan bermanfaat.
|